Selasa, 08 Februari 2011

Awas Bahaya Pengawet Makanan

Makanan ini mengandung pengawet, yang itu juga, yang impor yang lokal hampir semua mengandung pengawet. Bagaimana ini? Mau memilih yang mana? 
Pertanyaan-pertanyaan itu sering menghantui konsumen dalam menentukan memilih makanan yang mana yang bebas pengawet. 
Ayahku paling tidak suka makanan yang mengandung pengawet. Aku pun sama, dan aku rasa semua orang juga ingin menghindari makanan yang diawetkan, tapi bagaimana menolak membeli makanan yang mengandung pengawet, karena ternyata hampir semua makanan tidak ada yang seratus persen bebas pengawet? 
Artikel yang satu ini sangat menarik untuk dibaca. Dalam majalah Femina no.06, edisi Februari 2007, diulas mengenai seluk beluk seputar pengawetan. 
Dalam penuturannya, penulis ( Nayu Novita ) menjelaskan bahwa sebenarnya makanan yang diawetkan, sudah dilakukan manusia sejak ratusan bahkan mungkin ribuan tahun silam. Wow! Aku pikir pasti dari segi kepraktisan yang menjadi faktor utamanya. Bayangkan seorang pemburu harus menghabiskan daging buruannya saat itu juga, bukanlah hal yang mudah. Mungkin itu lah yang membuat mereka menciptakan teknik pengawetan agar hasil buruannya bisa disimpan lama, untuk persediaan. 
Tapi mengapa ya, hal tersebut masih dilakukan hingga hari ini. Makanan yang diawetkan masih saja ada. Ternyata, hal ini didasari oleh perilaku manusia sekarang ini yang terlalu sibuk untuk memakan makanan yang masih segar, baik itu dari kebun sendiri. 
Lebih mudah bagi kita, jika kita membeli makanan kalengan, ataupun makanan setengah jadi, makanan matang dari supermarket. 
Memang, hal ini juga berlaku pada kehidupanku. Dari pada susah menanam sayur sendiri, belum tentu berhasil.Lebih baik membeli di supermarket, gampang, dan cepat, tersedia kapan saja. Kalau menanam sendiri? Harus nunggu berkembang. Kalau sudah berkembang, dipetik, lalu harus menunggu lagi untuk tumbuh? Ataukah harus punya kebun yang luas untuk menyuplai kebutuhan panganku? Ah rasanya terlalu ribet. Ujung-ujungnya, aku harus membeli yang memakai pengawet kalau ingin praktis. 
Dari segi produsen memang jika bisa menjual produk yang diawetkan akan lebih menguntungkan, karena bisa disimpan lama. Namun ternyata, negara lain bisa mengembangkan teknologi pangan tanpa pengawet. Kenapa kita tidak bisa? Ayo! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar