Selasa, 22 Februari 2011

Bolehkah Bayi Diberi Obat Bebas?

Tentu kita boleh saja menggunakan obat bebas untuk mengatasi sakit si kecil, terutama bila si kecil usianya sudah 6 bulan ke atas. Biasanya obat bebas dibagi 2, yaitu obat luar dan obat telan. "Umumnya, obat luar berupa cairan, salep atau ointment yang digunakan untuk mengatasi luka, bentol-bentol, gatal, atau lainnya," terang dr. Waldi Nurhamzah SpA.
Adapun obat luar bebas yang paling sering dipakai adalah obat antiseptik untuk luka (merkurokrom, boorwater, rivanol, povidone iodine) dan minyak penghangat seperti minyak telon atau minyak tawon. Namun kita harus hati-hati dalam pemberiannya. Perhatikan, apa ada reaksi yang timbul setelah pemberian berupa kemerahan, bentol-bentol, atau lainnya. Soalnya, bisa saja, kan, si kecil tak tahan terhadap obat luar itu.
Sebenarnya, lanjut Waldi, tak banyak obat luar yang bisa dibeli tanpa resep dokter. Misal, obat oles yang mengandung steroid, "sangat ampuh memberantas gatal, eksim, dan beberapa reaksi alergi pada kulit. Namun karena sifat kerasnya, obat luar yang mengandung steroid hanya boleh diperoleh dengan resep saja." Contoh obat ini antara lain Apolar, Benoson, Decoderm, Elocon, Lox, Kenacort, Locoid, Synalar.
Bila obat tersebut dioleskan pada kulit bayi, sebagian obat akan terserap oleh tubuh bayi hingga dapat meningkatkan konsentrasi obat yang tak wajar dalam tubuh bayi. Selain itu, dapat pula terlihat reaksi kulit terhadap obat semisal kulit yang diolesi salep tampak keputihan.
Obat luar lain yang juga perlu resep tapi kerap dipakai serampangan ialah antibiotik. Ini berbahaya. Bila si kecil sensitif pada salep itu, reaksi yang terjadi akan berbahaya. Misal, salep yang mengandung penisilin, tetrasiklin, gentamisin, neomisin. "Jika diberikan pada bayi atau anak yang tak tahan, akan timbul reaksi hebat." Meski cuma dioleskan sedikit, reaksinya bisa fatal, lo.
Obat telan
Untuk obat telan, yang paling pas buat bayi tentulah berupa sirup. Selain lebih mudah menakarnya, cara menyimpannya juga tak sulit; biasanya tak perlu disimpan di lemari es, cukup dalam suhu kamar.
Bila kita ke dokter, mungkin masih ada beberapa dokter yang memberikan obat dalam bentuk puyer untuk bayi. Namun jenis obat bebas telan yang dapat diberikan pada bayi amat terbatas. Umumnya obat pereda panas, obat batuk dan pilek, serta larutan rehidrasi.
Penting diketahui, obat bebas ditandai lingkaran hijau pada kemasannya. Dalam banyak buku petunjuk penggunaan obat, jenis ini diklasifikasikan sebagai jenis B, hampir terdapat pada semua obat pereda panas. Ada pula beberapa obat yang ditandai lingkaran biru, artinya obat ini masih boleh diperoleh dengan bebas tapi dalam jumlah terbatas. Kebanyakan obat bebas untuk pereda batuk/pilek termasuk dalam golongan ini.
Yang bikin bingung, saat ini banyak obat bebas dengan berbagai merek ditawarkan. Nah, mana yang harus dipilih? Menurut Waldi, sesuaikan yang rasanya disukai si kecil. Jadi, kita bisa pilih merek apa saja asalkan sesuai selera si kecil; entah dengan rasa stroberi, jeruk, anggur, atau lainnya.
Yang penting diperhatikan obat itu memang boleh diberikan untuk usia bayi/anak. Jangan lupa, lihat tanggal kadaluarsanya. Setelah obat diperoleh, selalu baca lebih dulu catatan penjelasan yang terlampir dalam kemasan. Di situ tertera antara lain dosis dan jadwal pemberian serta efek sampingnya.
Bila si kecil tak jua sembuh setelah diberi obat, jangan langsung ganti obat karena tak ada obat bebas yang bisa menghilangkan penyakit dengan seketika. Bukankah semua obat butuh proses untuk menyembuhkan? Misal, si kecil panas. Sudah dua kali diberi obat A tapi belum juga turun, lalu diganti obat B ternyata langsung turun. Jangan buru-buru bilang obat B manjur sementara obat A tak manjur. Pasalnya, kebetulan panas si kecil memang sudah waktunya turun ketika diberikan obat B.
Lagi pula, bisa terjadi si kecil tak kunjung sembuh lantaran obatnya diberikan dengan dosis yang salah. Misal, si kecil yang baru berusia 5 bulan punya badan agak besar untuk anak seusianya. Berarti, dosis yang tertera di brosur dengan kalimat "untuk bayi di bawah 6 bulan" tentu enggak pas bila diberikan kepadanya. Nah, untuk tahu dosis yang tepat, si kecil mau tak mau perlu dibawa ke dokter.
Jadwal dan lama pemberian
Perhatikan pula jadwal pemberian obat; sesuaikan dengan yang tertera di brosur. Maksimal pemberian biasanya 4 kali sehari. Dengan demikian, jarak pemberiannya 6 jam. Jangan lupa, satu hari sama dengan 24 jam. "Namun sering orang tak menghitung seperti itu. Banyak yang menghitung satu hari hanya 12 jam hingga jadwal pemberian obat bila dibagi 4 hanya 3 jam sekali. Ini jelas salah," tutur Waldi. Apalagi bila obat hanya diberikan waktu siang, sedangkan malamnya tak diberi. Ini, kan, enggak efektif.
Lazimnya diperkenankan mencoba memberikan obat bebas selama 2-3 hari saja. Selebihnya, sebaiknya segera menghubungi tenaga kesehatan untuk memastikan apa penyakit dan pengobatannya. Tentu ada kasus yang tak perlu menunggu 2-3 hari dan dicoba-coba dengan obat, seperti bila si kecil muntah terus-menerus, kejang, atau tampak tak sadar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar