Selasa, 08 Februari 2011

Sejarah Ayam Goreng Pemuda

Setidaknya ada dua versi dari tempat makan yang sederhana ini. Pertama: untuk membedakan dirinya dari si Palsu, restoran yang telah berusia 34 tahun ini membubuhkan Surabaya pada namanya yang mulai kodian, kota tempat waralaba ini berasal. Kedua: setelah bangkrut (di antaranya, akibat gila judi), pemiliknya terpaksa menjual resepnya pada pengusaha ayam goreng lainnya. Tak heran apabila Jakarta penuh sesak dengan cabang-cabang “Ayam Pemuda”.

Meski demikian, yang harus kita ingat, dan saya telah bersikeras tentang hal ini selama bertahun-tahun, adalah bahwa versi aslinya masih yang terbaik. Tempatnya terang, bersih dan sangat luas, dengan pelayanan yang sigap dan ringkas. Agar lebih ekonomis, pilih saja set menu, terdiri dari sepotong paha ayam, tempe dan tahu goreng, sayur asam, dan lalapan yang disandingkan dengan sambal super enak yang jadi kekuatan restoran ini. Ada pilihan nasi putih atau nasi uduk yang wangi. Ayam gorengnya sendiri 100% lokal, dan punya rasa yang berbeda karena ramuan bumbunya yang unik. Tapi, terlezat adalah udang dan cumi gorengnya, yang disajikan dalam “kolam” minyak yang sangat Zen, dengan taburan bawang putih dan bawang Bombay panggang. Jangan terlewatkan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar