Selasa, 08 Februari 2011

Apa Dampak Perdagangan Bebas

Sejak 1 januari 2010 ini ASEAN termasuk juga Indonesia memulai Free-Trade Agreement di 14 sektor industri. Ternyata dampaknya bagi industri dalam negeri negatif. Ikuti wawancara Radio Nederland dengan Kusnanto Anggoro, pakar strategi dan hubungan internasional CSIS di Jakarta.

Dampaknya pemerintah Jakarta meminta penundaan pelaksanaan untuk jangka waktu tertentu. Menurut Kusnanto Anggoro kesalahan pertama dibuat di tingkat departemen, perindustrian dan perdagangan Indonesia, yang punya visi dan misi berbeda mengenai perdagangan bebas.

Kelihatannya ada semacam birokrasi politik atau tidak terlalu ada semacam pembicaraan di antara mereka-mereka yang bernaung khususnya di bawah departemen keuangan, departemen perdagangan dan perindustrian. Sudah sejak lama, sejak Fahmi Idris menjabat menteri perindustrian sudah mulai ada perbedaan pendangan mengenai apakah ASEAN-China

AFTA itu bisa dilaksanakan 1 januari 2010.

Beberapa pengamat Amerika mulai menggunakan isttilah bahwa Cina mulai menggunakan soft power, dalam memperkembangkan pengaruh dan kerjasama dalam sasaran global di banyak tempat. Mulai dari Asia Tenggara, Timur Tengah dan bahkan hingga ke Afrika. Praktis Cina mendapat ruang yang amat kuat.

Persoalannya ketika Indonesia dan dalam hal ini bersama dengan ASEAN, berhadapan dengan Cina, bagaimana ASEAN harus menempatkan diri. Di satu sisi Indonesia dihadapkan pada soal tidak mungkin untuk melaksanakan diplomasi sendirian, atas basis bilateral, tapi di sisi lain Indonesia juga iktu dalam percaturan perdagangan yang lebih global. Apalagi dalam konteks perekonomian, antara Cina dan Indonesia berbeda dengan Indonesia-Jepang. Antara Indonesia Jepang lebih saling ada ketergantungan, sementara dengan Cina Indonesia punya persamaan komoditi, yang pada prinsipnya lebih kompetititf.

Ulasan lebih lanjut, dapat Anda dengarkan dengan mengklik tanda panah di bawah ini:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar